Jumat, 11 Maret 2016

Stigma Masyarakat tentang ODHA



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Defenisi HIV/AIDS dan ODHA
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Yaitu suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh (imunitas) manusia dan virus ini dapat menyebabkan penyakit AIDS. Karena Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imunitas.
WHO (Word Health Organization) mendefinisikan kasus AIDS adalah keadaan dimana terdapat hasil tes positif untuk antibodi HIV, dengan disertai munculnya satu atau lebih tandatanda atau gejala-gejala seperti yang disampaikan Cock et al (2002) yaitu : berat badan menurun lebih dari 10% disertai dengan diare kronis atau demam terus menerus lebih dari 1 bulan, cryptococcal meningitis, pulmonary atau extra pulmonary tuberculosis, sarkoma kaposi, kerusakan syaraf, candidiasis pada oesophagus, pneumonia dengan episode sedang dan kanker serviks invasif.
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) didefinisikan sebagai seseorang yang telah terinfeksi oleh virus HIV atau yang telah mulai menampakkan satu atau lebih gejala AIDS. Rentang waktu dari seseorang terinfeksi sampai muncul gejala klinis bisa sangat bervariasi antara 8 sampai 10 tahun, yang disebut sebagai masa inkubasi, yang dalam terminologi penyakit HIV/AIDS biasa disebut juga sebagai window period.

2.2  Defenisi Stigma dan Diskriminasi
Stigma ( pelabelan negatif ) adalah suatu proses dinamis yang terbangun dari suatu persepsi yang telah ada sebelumnya yang menimbulkan suatu pelanggaran terhadap sikap, kepercayaan dan nilai. stigma ini dapat mendorong seseorang untuk mempunyai prasangka pemikiran, perilaku, dan atau tindakan oleh pihak pemerintah, masyarakat, pemberi kerja, penyedia pelayanan kesehatan, teman sekerja, para teman, dan keluarga-keluarga. Diskriminasi adalah perbuatan atau perlakuan berdasarkan stigma dan ditujukan kepada pihak yang terstigmatisasi.
2.3  Stigma dan Diskriminasi HIV/AIDS
Banyak kasus diskriminasi terjadi pada ODHA di masyarakat baik didalam pergaulan social, lingkungan dunia pendidikan, dunia kerja dan pelayanan kesehatan. Hal ini diindikasi karena masih kuatnya stigma (pelabelan negative) terkait dengan HIV dan AIDS terhadap penderitanya. HIV dan AIDS related stigma akan memunculkan diskriminasi misalnya perlakuan negatif dan pembatasanpembatasan kesempatan yang bisa mempengaruhi seluruh aspek kehidupan ODHA: Mulai dari pergaulan sosial, kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan, pelayanan kesehatan, bepergian, dan lain-lain. Hal ini justrummenghambat upaya pengendalian HIV/AIDS, membuat AIDS tetap menjadi“the silent killer”. Pada ODHA, stigma yang terjadi bukan saja kerena infeksi yang dialaminya atau lebih sering dikarenakan prilaku yang dianggap penyebab orang tersebut terinfeksi.
Stigma sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pada gilirannya akan mendorong munculnya pelanggaran HAM bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi memperparah epidemi HIV/AIDS. Mereka menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV/AIDS seperti juga mendorong keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat.
Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Tindakan ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Terjadi di tengah keluarga, masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan kesehatan.
Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan.
2.4  Bentuk-Bentuk Stigma dan Diskriminasi HIV/AIDS
Stigma yang terkait HIV dan AIDS yang ditujukan kepada ODHA dapat dalam bentuk, sebagai beirkut :
ü  Menjauhi ODHA atau tidak meginginkan untuk menggunakan peralatan yang sama.
ü  Penolakan oleh keluarga, teman atau masyarakat terhadap ODHA.
ü  Peradilan moral berupa sikap yang menyalahkan ODHA karena penyakitnya dan menganggapnya sebagai orang yang tidak bermoral.
ü  Keengganan untuk melibatkan ODHA dalam suatu kelompok atau organisasi.
ü  Diskriminasi yaitu penghilangan kesempatan untuk ODHA seperti ditolak bekerja, penolakan dalam pelayanan kesehatan bahkan perlakuan yang berbeda pada ODHA oleh petugas kesehatan.
ü  Pelecehan terhadap ODHA baik lisan maupun fisik.
ü  Pelanggaran hak asasi manusia, seperti pembukaan status HIV seseorang pada orang lain
tanpa seijin penderita, dan melakukan tes HIV tanpa adanya informed consent
2.5  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi HIV/AIDS
Terjadinya stigma dan diskriminasi kepada ODHA oleh masyarakat, dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
ü  Pengetahuan tentang HIV/AIDS
Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi bagaimana individu tersebut akan bersikap terhadap penderita HIV/AIDS. Dalam konteks HIV dalam kajian medis misalnya masyarakat masih belum mengetahui tentang informasi dasar HIV dan AIDS secara utuh yang mencakup apa itu HIV dan Apa itu AIDS, bagaimana virus HIV bisa hidup dan media apa yang digunakan, bagaimana HIV bisa ditularkan, bagaimana HIV bisa dicegah perkembangannya dan seterusnya. Pengetahuan HIV dan AIDS yang masih awam inilah yang menjadikan masyarakat mempunyai kesimpulan-kesimpulan yang tidak sesuai dengan persoalan HIV dan AIDS yang sebenarnya. Masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa HIV dan AIDS itu bisa menular melalui kontak social seperti bersalaman, makan bersama, bertemu dalam ruangan yang sama, menghirup udara didekat ODHA dan seterusnya.
ü  Persepsi tentang ODHA
Persepsi terhadap pengidap HIV atau penderita AIDS akan sangat mempengaruhi bagaimana orang tersebut akan bersikap dan berperilaku terhadap ODHA. Persepsi terhadap ODHA berkaitan dengan nilai-nilai seperti rasa malu, sikap menyalahkan dan menghakimi yang berhubungan dengan penyakit AIDS tersebut.  Masyarakat masih banyak percaya bahwa HIV dapat ditularkan melalui percikan bersin atau batuk, minum dari gelas yang sama, pemakaian toilet umum, ciuman dan kegiatan sosial lainnya.
ü  Mitos di Masyarakat
Mitos merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan sebuah keyakinan dan bersifat turun-temurun berkembang dimasyarakat namun kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Mitos ini seringkali menjadi landasan bagi masyarakat dalam menilai sesuatu. Dalam persoalah HIV, masyarakat juga masih mempunyai anggapan [mitos] bahwa HIV dan AIDS itu bisa menular dengan hidup bersama ODHA, melakukan kontak sosial dengan ODHA, ODHA harus dijauhi karena HIV bisa melur lewat pertukaran udara, HIV dan AIDS merupakan penyakit kutukan Tuhan bagi para mereka yang telah melanggar norma-norma agama dan susila dalam kehidupan sosial.
ü  Pandangan Agama
Agama memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara pandang dan pola prilaku manusia. Sehingga dengan atas nama agama bisa dijadikan sebagai justifikasi sekaligus sebagai legitimasi bagi seseorang untuk memberikan sikap dan tindakannya. Masih banyakmasyarakat yang melakukan stigmatisasi dan diskriminasi HIV  berdasarkan pengertahuannya bahwa HIV dan AIDS semata-mata hasil dari perbuatan sexsual diluar hubungan yang disahkan oleh agama dan kegiatan yang tidak sesuai dengan norma-norma seperti penggunaan narkoba.


Daftar Pustaka
Ahwan, Zainul. 2014. “Stigma dan diskriminasi HIV & AIDS pada Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di masyarakat basis anggota Nahdlatul Ulama’ [NU] Bangil. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Yudharta Pasuruan. http://jurnal.yudharta.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/11.pdf (diakses pada tanggal 14 Oktober 2015)

Afrianty, Fatmah. 2011. “Stigma dan Diksriminasi terhadap ODHA, Tugas dan Tanggung Jawab Siapa?” Fakultas Kedoteran Universitas Gajah Mada  http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/1005-stigma-dan-diskriminasi-terhadap-ODHA (diakses pada tanggal 14 Oktober 2015)

Paryati, Try dkk. 2013. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA(Orang dengan HIV/AIDS) oleh petugas kesehatan : kajian literatur”. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran : Bandung http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/02/pustaka_unpad_mempengaruhi_stigma_ODHA.pdf (diakses pada tanggal 14 Oktober 2015)




PROSEDUR JOB ANALYSIS



TUGAS MSDM
Nama   : SYAHYANI ULFA PUTRI
NIM    : 10011181320022

PROSEDUR JOB ANALYSIS
1.      Pengantar
Untuk bisa menerapkan motto "The Right Man on the Right Place at the Right Time" ada beberapa hal yang harus diketahui. Dari sudut perusahaan, maka unsur pertama yang harus diketahui adalah unsur "PLACE-" nya, sebab perusahaan sebagai organisasi adalah wadah tempat manusia (MAN) bekerja. Tempat bekerja ini seringkali seeara lebih spesifik disebut sebagai JABATAN.
Seringkali timbul kesalahpahaman tentang pengertian jabatan ini. Jabatan kadang-kadang diartikan sebagai posisi atau pekerjaan, tanpa penjelasan lebih jauh. Untuk memperoleh keseragaman mengenai pengertian istilah JABATAN ini, Departemen Tenaga Kerja memberikan penjelasan singkat mengenai arti dari beberapa istilah yang berkaitan dengan jabatan, sebagai berikut:
Ø  UNSUR adalah komponen yang paling kecil dari pekerjaan. Misalnya memutar, menggosok, menarik, mengangkat, menekan dan sebagainya.
Ø  TUGAS adalah sekumpulan dart beberapa UNSUR pekerjaan. Tugas merupakan kegiatan fisik atau mental yang membentuk langkah-langkah wajar yang diperlukan dalam pelaksanaan kerja.
Ø  KEDUDUKAN (POSISI) adalah sekumpulan TUGAS yang diberikan kepada seorang pegawai atau pekerja, yakni seluruh kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepada seorang pegawai atau pekerja. Jumlah kedudukan di dalam suatu perusahaan atau instansi adalah sama dengan jumlah pegawai atau pekerjanya.
Ø  PEKERJAAN adalah sekumpulan KEDUDUKAN (POSISI) yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekeIjaan dapat diduduki oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat.
Ø  JABATAN (JOB) adalah sekumpulan PEKERJAAN (JOB) yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan satu dengan yang lain, dan yang pelaksanaannya meminta kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang juga sama meskipun tersebar di berbagai tempat.


2.      Pengertian Job Analysis
Analisa jabatan (Job Analysis) adalah suatu kegiatan untuk mencatat, mempelajari dan menyimpulkan keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing JABATAN secara sistematis dan teratur, yaitu :
Ø  Apa yang dilakukan pekerja pada jabatan tersebut
Ø  Apa wewenang dan tanggung jawabnya
Ø  Mengapa pekerjaan tersebut harus dilakukan
Ø  Bagaimana cara melakukannya
Ø  Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya . Besarnya upah dan lamanya jam bekerja
Ø  Pendidikan, pengalaman dan latihan yang dibutuhkan
Ø  Keterampilan, sikap dan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut
Ø  Dan lain-lain

3.      Prosedur Analisis Jabatan
Ø  Job Oriented Procedure
Job Oriented Procedure atau prosedur yang berorientasi pada jabatan adalah analisis yang dilakukan menekankan pada hasil spesifik atau hasil  akhir dalam jabatan tertentu (misalnya: surat telah diarsipkan, dokumen telah ditik, dan sebagainya). Prosedur yang lazim dilakukan adalah dengan meminta pgawai untuk melengkapi suatu task inventory, berupa suatu daftar yang rinci dan lengkap tentang tugas-tugas yang mungkin dilakukan dalam suatu jabatan.

Ø  Trait Oriented Procedure
Trait Oriented Procedure atau prosedur yang berorientasi pada sifat adalah analisis  yang menekankan  pada  kemampuan  atau  karakteristik  yang mempengaruhi kinerja yang memuaskan atau kinerja efektif. Terdapat dua jenis pendekatan terhadap trait-oriented job analysis adalah:
a.       Job Element Technique (yang digunakan untuk menganalisis satu jabatan tertentu pada suatu waktu tertentu)
b.      Threshold Traits Analysis (sebuah sistem untuk menganalisis berbagai jabatan yang bervariasi)


Ø  Worker Oriented Procedure
Worker Oriented Procedure atau prosedur yang berorientasi pada pekerja adalah prosedur yang menekankan pada apa yang dilakuakan (perilaku) oleh pegawai, agar diperoleh hasil tertentu (misalnya: mengelola system arsip, mengoperasikan komputer).
ü  Tiga pendekatan terhadap worker-oriented procedures adalah:
a.       “Critical Incidents Technique” (CIT)
Dalam teknik ini, pegawai atau penyelia diminta untuk memberikan contoh peristiwa/kejadian yang bersifat kritis terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu unjuk-kerja. Orang yang diwawancarai diminta untuk menguraikan kejadian yang berhubungan dengan:
1)      Keadaan sebelum kejadian berlangsung
2)      Apa yang sesungguhnya dilakukan dan mengapa hal itu efektif atau tidak efektif
3)      Konsekuensi dari perilaku
4)      Apakah konsekuensi ini berada di bawah kontrol karyawan

b.      “Position Analysis Questionnaire” (PAQ)
PAQ adalah sebuah angket analisis jabatan terstruktur yang menggunakan pendekatan checklist untuk mengidentifikasikan unsur-unsur jabatan. Angket ini berisi 194 item (187 berhubungan dengan aktivitas kerja atau aspek-aspek situasi kerja; 7 item berkaitan dengan kompensasi). PAQ terdiri atas enam divisi yang berisi banyak unsure pekerjaan, divisi tersebut mencakup:
1)      Input informasi: Di mana dan bagaimana tenaga kerjamendapatkan informasi untuk melakukan pekerjaan?
2)      Proses mental: Tingkat pendaliahan apakah yang dibutuhkan pekerjaan itu?
3)      Output Pekerjaan: Aktivitas fisik apakah yang dilakukan?
4)      Hubungan dengan yang lain: Hubungan apakah yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu?
5)      Konteks pekerjaan: Kondisi bekerja dan konteks social apaka yang terlibat?
Lainnya: Hal lain apakah yang terkait dengan pekerjaan itu? 
PAQ memfokuskan pada unsur-unsur “berorientasi pada tenaga kerja” yang menguraikan perilaku yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu, bukannya pada unsur-unsur “berorientasi pekerjaan” yang menguraikan aspek teknis dari pekerjaa itu. 

c.       “Functional Job Analysis” (FJA)
Pendekatan ini mempunyai 2 tujuan, yaitu:
1)      Untuk menentukan pola klasifikasi jabatan lebih dahulu.
2)      Untuk mengorganisasikan informasi dari beberapa sumber (wawancara, observasi, kajian atas background information, pertimbangan analisis) yang berkaitan denagn klasifikasi tertentu.

FJA dikembangkan oleh United States Employment Service untuk memberikan pengaturan jabatan/pekerjaan yang bermakna, yang kemudian dimuat dalam publikasi yang komprehensif, yakni Dictionary of Occupational Titles (dalam Siegel & Lane,1987).
Analisis Pekerjaan Funfsional (FJA), metode ini adalah pendekatan komprehensif untuk analsis pekerjaan. FJA mempertimbangkan:
1)      Sasaran organisasi
2)      Apa yang dapat dilakukan para karyawwan untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka
3)      Tingkat dan orientasi perihal apa yang dilakuakn para tenaga kerja
4)      Baku kinerja
5)      Isi pelatihan
Di dalam FJA, kegiatan-kegiatan yang perlu dilakuakn untuk menjalankan pekerjaan yang sedang dianalisis, dikelompokkan ke dalam tiga bidang yang akan melibatakan pekerja: data, orang dan benda.Kegiatan yang berorientasi pada data bersifat tidak nyata (intangible). Aktivitas ini mencakup manipulasi informasi seperti angka-angka, kata-kata, lambing, dan gagasan. Kegiatan yang berorientasi pada orang melibatkan interaksi dengan orang lain(misalnya: menjual, menyelia). Kegiatan yang berorientasi pada benda mencakup objek-objek yang tak bernyawa seperti: perkakas, peralatan, dan mesin-mesin.